Kamis, 07 Mei 2015

PENGERTIAN, TUJUAN DAN TEORI KEWIRAUSAHAAN

A. Pengertian Kewirausahaan
Secara harfiah Kewirausahaan terdiri atas kata dasar wirausaha yang mendapat awalan ked an akhiran an, sehingga dapat diartikan kewirausahaan adalah hal-hal yang terkait dengan wirausaha. Sedangkan wira berarti keberanian dan usaha berarti kegiatan bisnis yang komersial atau non-komersial, Sehingga kewirausahaan dapat pula diartikan sebagai keberanian seseorang untuk melaksanakan suatu kegiatan bisnis.
Dalam bahasa Inggris wirausaha adalah enterpenuer, istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Richard Cantillon, seorang ekonom Prancis. Menurutnya, entrepreneur adalah “agent who buys means of production at certain prices in order to combine them”. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, ekonom Perancis lainnya- Jean Baptista Say menambahkan definisi Cantillon dengan konsep entrepreneur sebagai pemimpin. Secara umum banyak sekali definisi yang dikemukakan oleh para ahli, mengenai kewirausahaan, dibawah ini akan saya kemukakan beberapa pendapat tersebut, yang diambil dari berbagai sumber :
Harvey Leibenstein (1968, 1979), mengemukakan, kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.
Penrose (1963) : Kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitas kewirausahaan.
Frank Knight (1921) : Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar. Definisi ini menekankan pada peranan wirausahawan dalam menghadapi ketidakpastian pada dinamika pasar. Seorang worausahawan disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti pengarahan dan pengawasan.
B. Tujuan Kewirausahaan
Seorang sosiolog bernama David McCleland mengemukakan bahwa, apabila sebuah negara ingin menjadi makmur, minimal sejumlah 2% dari prosetase keseluruhan penduduk di negara tersebut menjadi wirausahawan, Indonesia sendiri sampai saat ini menurut sebuah riset jumlah penduduk yang menjadi wirausaha baru sekitar 0,18%, menurut informasi yang saya baca di internet hari ini tanggal 5 Maret 2012 jumlahnya telah melonjak tajam menjadi  maka tidaklah mengherankan apabila saat ini, kondisi pereekonomian Indonesia tertinggal jauh dari negeara tetangga yaitu Singapura yang memiliki prosentase wirausaha sebesar 7%, Malaysia 5%, China 10%, apalagi jika harus dibandingkan dengan negara adidaya Amerika Serikat yang hampir 13%  penduduknya menjadi wirausahawan.
Maka dari itu, dengan ditumbuh kembangkanya pengetahuan seputar kewirausahaan, akan membangkitkan semangat masyarakat Indonesia khusunya generasi muda atau mahasiswa, untuk ikut menciptakan lapangan kerja dengan berwirausaha, tidak hanya menjadi pencari kerja (job seeking). Dengan dilandasi semangat nasionalisme bahwa bangsa Indonesia harus mampu bersaing dikancah percaturan perekonomian dunia, maka akan banyak mahasiswa yang termotivasi untuk meningktakan kualitas dirinya dan mencetuskan ide-ide kretaif dalam bidang kewirausahaan yang berdaya saing tinggi.
Mengapa dengan semakin banyak wirausahawan disuatu negara akan meningkatkan daya saing negara tersebut ?, jawabanya saya kira cukup jelas. Pertama, sebuah negara yang memiliki wirausahawan banyak tentunya akan mendapatkan penghasilan yang besar dari sektor pajak, atas kegiatan ekonomi yang mereka lakukan, coba bayangkan apabila suatu negara terlalu banyak pegawai negeri sipil yang kurang atau bahkan tidak produktif, maka mereka setiap bulan memakan anggaran negara untuk menggaji mereka, namun sumbangsih mereka pada perekonimian nasional sangat minim baik dari segi pajak maupun tingkat konsumsi.
Mari kita lihat contoh lainya, dengan semakin banyak penduduk menjadi wirausaha, maka ekonomi mereka akan mandiri, tidak akan bergantung pada sistem ekonomi kapitalis, dalam hal ini pemerintah harus pro aktif menyediakan modal bagi para pengusaha agar benar-benar produktif dengan bunga yang kompetitif, dan tidak menghancurkan pengusaha maupun pemerintah, hasil keuntungan usaha mereka akan disimpan di bank-bank dalam negeri, sehingga perputaran uang semakin lancar, dengan hal tersebut modal mereka akan bertambah sehingga mampu menembus pangsa pasar global, yang nantinya menaikkan neraca ekspor-impor dan akan menambah devisa negara secara signifakan, maka dengan hal tersebut sangatlah jelas, bahwa kewirausahaan memiliki peran yang sangat penting untuk menaikkan harkat martabat suatu bangsa dikancah internasional.
Selanjutnya ditinjau dari segi GNP (Gross National Product), apabila semakin banyak uang yang dihasilkan oleh putra-putri bangsa Indonesia, karena berwirausaha maka uang yang dihasilkan berpeluang semakin besar, berbeda dengan gaji yang nominalnya relatif tetap. Akan meningkatkan GNP yaitu keseluruhan barang dan jasa yang diproduksi warga negara penduduk tersebut dimanapun berada (di dalam dan luar negeri), dengan meningkatkan GNP ini akan semakin memperkuat ekonomi nasional secara makro, dan mempercepat roda pembangunan nasional, karena ketersediaan anggaran semakin meningkat.
Dari beberapa dampak positif kewirausahaan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan bertujuan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dan secara umum meningkatkan harkat dan martabat pribadi wirausahawan serta bangsa dan negara, dengan pengetahuan tersebut diharapkan akan semakin banyak warga negara Indonesia khusunya mahasiswa yang terjun dalam dunia usaha, namun perlu diperhatikan dalam berusaha harus mengedepankan kejujuran, sehingga apa yang dihasilkan dapat bermanfa’at bagi masyarakat luas.
C. Teori Kewirausahaan
Seiring berjalanya waktu, kewirausahaan semakin berkembang, maka lahirlah berbagai macam teori tentang kewirausahaan, akan coba saya uraikan berbagai teori kewirausahaan, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Neo Klasik
Teori ini memandang perusahaan sebagai sebuah istilah teknologis, dimana manajemen (individu-individu) hanya mengetahui biaya dan penerimaan perusahaan dan sekedar melakukan kalkulasi matematis untuk menentukan nilai optimal dari variabel keputusan. Jadi pendekatan neoklasik tidak cukup mampu untuk menjelaskan isu mengenai kewirausahaan. Dalam teori ini kemandirian sangat tidak terlihat, wajar saja, karena ini memang pada masa lampau dimana belum begitu urgen masalah kemandirian, namun cukup bisa menjadi teori awal untuk melahirkan teori-teori berikutnya.
2. Kirzerian Entrepreneur
Dalam teori Kirzer menyoroti tentang kinerja manusia, keuletanya, keseriusanya, kesungguhanya, untuk swa(mandiri), dalam berusaha, sehingga maju mundurnya suatu usaha tergantung pada upaya dan keuletan sang pengusaha.
Dari berbagai disiplin ilmu, lahirlah teori kewirausahaan yang dipandang dari sudut pandang mereka masing-masing, Teori ekonomi memandang bahwa lahirnya wirausaha disebabkan karena adanya peluang, dan ketidakpastian masa depanlah yang akan melahirkan peluang untuk dimaksimalkan, hal ini berkaitan dengan keberanian mengambil peluang, berspekulasi, menata organisasi, dan melahirkan berbagai macam inovasi. Teori Sosiologi lebih mempelajari tentang, asal-usul budaya dan nilai-nilai sosial disuatu masyarakat, yang akan berdampak pada kemampuanya menanggapi peluang usaha dan mengolah usaha, sebagai contoh orang etnis cina dan padang dikenal sebagai orang yang ulet berusaha, maka fakta dilapangan menunjukkan, bahwa banyak sekali orang cina dan padang yang meraih kesuksesan dalam berwirausaha. Selanjutnya teori psikologi, menurut saya teori ini lebih menekankan pada motif individu yang melatarbelakangi dirinya untuk berwirausaha, apabila sejak kecil ditanamkan untuk berprestasi, maka lebih besar kemungkinan seorang individu lebih berani dalam menanggapi peluang usaha yang diperolehnya.
Yang terakhir adalah teori perilaku, bagaimana seorang wirausahawan harus memiliki kecakapan dalam mengorganisasikan suatu usaha, memanaje keuangan dan hal-hal terkait, membangun jaringan, dan memasarkan produk, dibutuhkan pribadi yang supel dan pandai bergaul untuk memajukan suatu usaha.


SUMBER
http://edukasi.kompasiana.com/2012/03/06/pengertian-tujuan-dan-teori-kewirausahaan-materi-kuliah-444369.html

Kisah Sukses Pengusaha Mantan Satpam Omzet 5M/ bulan

Kisah Sukses Pengusaha Mantan Satpam Omzet 5M/ bulan
Kisah ini adalah kisah nyata. Kisah seorang mantan satpam sukses menjadi pengusaha dengan omzet 5 milliar perbulan. Dari mana tahu kalau ini kisah nyata? Karena memang mantan satpam ini pernah menjadi karyawan Jaya Setiabudi. Kisah ini diceritakan oleh Jaya Setiabudi di Group Forum bersama Jaya Setiabudi. Yuk langsung saja kita simak kisah pengusaha sukses yang satu ini. Berhasil memulai usaha & menjadi pengusaha sukses dari modal nol
Saya bertemu dengannya sekitar tahun 2000 di gudang tempat dia berjaga. Sudah cukup lama saya mengenal sosoknya yang beda dibanding profil ‘satpam’ lainnya. Otaknya yang tokcer, cara berkomunikasi yang luwes dan ringan tangan (suka membantu), membuat saya tertarik padanya. Inilah percakapan di siang hari itu, saat saya mengantar barang:
JS: Mas, mau jadi pengusaha gak?
IP: Hah? Mana ada yang gak mau jadi pengusaha Mas..? Pasti mau, tapi gimana caranya?
JS: Ya sudah, ada lowongan salesman di perusahaanku, gaji 1,5 juta, keluar kerja aja dan ikut aku.
IP: Beneran Mas? Tapi kan saya gak pernah jadi salesman sebelumnya? Gimana kalau magang aja dulu, pas saya ‘off’’?
JS: Kelamaan, aku kasih waktu 3 hari, putuskan atau aku kasih ke orang lain..
IP: *bengong dan gak bisa tidur 2 hari, katanya*
2 hari kemudian, dia menelepon saya dan join di perusahaan saya sebagai salesman pertama saya. Sungguh rekor, di hari pertama kerja, dia sudah mencetak kerugian S$ 800, he he he. Apakah saya marah? Ya iyalah, gak marah gimana, lha duit segitu sangat berarti saat itu. Tapi selesai ya selesai, the show must go on. Saya punya keyakinan, pemuda ini sangat berpotensi.
Dengan sistem ‘caddying’ dia mengikuti kemana pun saya pergi, terutama melihat saya bernegosiasi. 4 bulan kemudian, dia sudah cukup mahir dan bisa meng-handle orderan ratusan juta. Bahkan saya mengakui bahwa ternyata dia lebih jago menjual dan entertain client dibandingkan saya. Prestasinya membuat saya mengangkat dia sebagai sales manager dan membentuk sales team yang lebih besar.
4 tahun kemudian, dia memutuskan untuk keluar dan membangun perusahaannya sendiri, yaitu outsourcing security. Benar-benar usaha yang dimulai dari modal orang lain.
Saat ini dia telah mempekerjakan lebih dari 600 orang tenaga security dengan omzet sekitar 5 miliar perbulan. Bagi saya, dia adalah salah satu tim terbaik yang pernah saya miliki. Namanya Dwifung Wirajaya Saputra..
POLA Sukses Mas ‘Ipung’ (Dwifung):
1.Gigih dan Konsisten dalam memperjuangkan sesuatu.
2.Keterandalan yang tinggi. Berikan dia tugas dan akan dia bereskan..!!
3.Fisik yang kuat.
4.Keluwesan berkomunikasi.
5.Setia kawan yang tinggi.
Saya yakin, bahwa nasib itu tidak linier, jika kita mau memperjuangkan dan memantaskan diri untuk mendapatkannya. Tunggu kisah-kisah berikutnya..
Itulah tadi Kisah Sukses Pengusaha yang merintis dari nol. Apa pelajaran yang bisa diambil dari kisah sukses ini?
Pelajaran dari Kisah Sukses Pengusaha Modal Nol
Siapa bilang bisnis itu selalu identik dengan modal? Sudah terbukti bahwa modal utama itu KEBERANIAN, kedua KREDIBILITAS (nama baik), ketiga adalah KETRAMPILAN. Kalau Anda selalu mengasah ketiganya, jalan berikutnya akan terbuka.
Kalo ditanya apa modal paling utama menjadi pengusaha muda? Jawabnya: KEBERANIAN..! Pintar? Gak menjamin jadi pengusaha. Terbukti banyak orang pintar yang masih jadi karyawan, meski sudah minum tolak angin. *ehh..
Kabar baiknya, berani itu bisa dilatih dan tidak berbahaya. Mau? Gampang saja.. mulailah belajar “Berani Tanya..!”. Tanya apa?
Kalo belum punya mobil, dalam 3 hari, mulai dari sekarang, harus berani datang ke showroom mobil. Terus coba masuk kedalam, kalau bisa test drive. Kemudian tanya harganya, boleh dilanjutkan tawar-menawar. Ingat: Tanya aja gak bayar, nawar juga belum pakai duit kan?
Kalau gak pengin punya mobil, mau ibadah aja. Ya boleh juga. Misal pengin naik haji atau umroh.. Datangi biro Umroh Haji, tanya-tanya, ambil brosur, kalau perlu DP-in. 100 ribu juga DP kan? Kalau gak jadi pun, setidaknya udah pernah DP.
Namanya pengusaha, kan butuh tempat usaha tuh, seperti kios, ruko untuk kantor atau rumah. Nah, kalau lihat rumah, kios, ruko, ada tulisan “DIJUAL” atau “DISEWAKAN”, maka wajib tanya dan langsung tawar. Ingat lagi: Tanya aja gak bayar, menawar pun juga gak bayar.
Yang gak praktek dalam 3 hari, maka pantatnya bisulan..! Setuju..?
Kalau kedua tugas kecil itu Anda lakukan, in sya Allaah akan terasa getaran keberanian di diri Anda.
Belajarlah menawar, minta bayar mundur, cicil, atau kerjasama. Misalnya ada gerobak seken nganggur → tawar bayar cicil atau sewa bayar mundur. Kalau gak mau? Cari sampai ada yang mau..!!
Jangan banyak berandai terhadap hambatan → itu sama dengan berdoa mengharap hambatan. “Jangan2, jika2, maka2, kalau2, iya2, nggak2, nanti2..” → terus kapan mulainya?
Jika Anda sudah dapat salah satu, misalnya tempat, maka akan jauh lebih mudah mencari elemen lainnya dengan negosiasi. Jika ditanya, “Sudah ada tempatnya?”, maka Anda bisa menjawab, “Oww sudah disitu..!” → investor atau rekanan Anda lebih percaya, daripada Anda bilang “Rencananya…”. Betulkah?!
Jika mentok 1 jalan, cari jalan yang lain.
Meski impian besar, tapi mulailah dari yang kecil, yang Anda bisa lakukan dan kuasai.
Investor atau rekanan akan lebih percaya jika Anda sudah punya langkah, daripada yang hanya bilang, “Rencananya…”
Itulah langkah kecil yang bisa Anda lakukan jika ingin menjadi pengusaha sukses. Meski langkah kecil, jika Anda melakukan maka akan berdampak besar..!
Demikian Insipirasi dari Kisah Sukses Pengusaha modal nol. Semoga memberi pencerahan untuk kita semua.


Sumber
http://falasik.com/kisah-sukses-pengusaha-modal-nol/

Selasa, 05 Mei 2015

Pengusaha Muda Sukses

 Kesuksesan bisa di raih oleh siapa saja, bukan hanya laki - laki, perempuan juga memiliki kesempatan yang sama untuk meraih keberhasilan. Bukan hanya para orangtua yang katanya lebih berpengalaman orang muda juga berkesempatan untuk sukses lebih dini seperti yang terjadi pada rekan kita Ahmad Anggoro.
Kisah Sukses Pengusaha Muda dengan Bisnis Modal Kecil,
Ahmad Anggoro, kini berusia sekitar 23 tahun. Pemuda yang lahir pada tanggal 9 september 1991 silam, ternyata mampu meraih kesuksesan lebih cepat di bandingkan kebanyakan orang lain. Di usianya yang masih terbilang muda, pria kelahiran Kediri ini mampu menjadi pengusaha sukses dengan omzet ratusan juta rupiah perbulan dari peluang usaha clothing yang telah ia jalani sejak tahun 2010. Lalu seperti apa kisah pemuda sukses ini?
Ahmad anggoro hanyalah seorang lulusan SMK swasta yang merupakan anak sulung dari sepasang suami istri yang tidak kaya. Berasal dari keluarga yang biasa - biasa saja membuat pemuda ini nekad merantau ke Jakarta. Dengan hanya bermodalkan ijazah SMK dan uang seadanya, ia kemudian mencoba peruntungannya di kota metropolitan di Jakarta. Sesampainya di Jakarta, beliau kemudian tinggal di sebuah kontrakan kecil di Jakarta Timur.
Harapan untuk sukses di kota Jakarta memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sebelum ia sukses, ia pernah bekerja sebagai buruh pabrik kayu. 2 Bulan bekerja di pabrik tersebut, beliau kemudian menjadi penjaga warnet dengan hasil bulanan sekitar Rp. 700.000,- bulan. Dengan gaji sekecil itu tentu sangat kurang untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya di Jakarta. Ia berpikir keras, peluang usaha apakah yang sekiranya dapat ia jadikan usaha sampingan agar ia bisa sukses.
Satu fakta yang ia sadari adalah Ahmad memiliki kemampuan menggambar. Ia menyadari bahwa potensi yang di milikinya adalah dalam hal grafis atau menggambar. Dari sini timbul ide untuk menjalankan usaha clothing. Setelah melakukan survey pasar, Ahmad menyimpulkan bahwa usaha clothing atau pembuatan pakaian. Ia menyimpulkan bahwa usaha pembuatan pakaian masih memiliki potensi yang sangat besar untuk di jalankan karena banyaknya peminat terlebih para anak muda yang gemar mengoleksi kaus atau pakaian. Dari sinilah kemudian cerita suksesnya bermula.
Dengan modal 2 juta yang ia dapatkan dari hasil menabung gaji di warnetnya selama satu tahun. Ia kemudian terjun ke dunia bisnis bagian clothing. Karena ia tidak memiliki pengalaman di bidang sablon dan sebagainya, beliau berinisiatif untuk belajar secara otodidak. Dan kemudian dia berhasil memproduksi kaos dengan labelnya sendiri. Ia membeli kaos dalam jumlah besar kemudian ia membuat desain untuk kaosnya lalu mencari tukang sablon yang dapat mencetak gambar - gambar yang telah ia desain di kaosnya.
Kaos hasil kreasinya kemudian ia pasarkan kepada teman - temannya melalui lewat jejaring sosial atau selebaran. Setelah beberapa menjalankan bisnis ini, ia tak luput dari halangan dan rintangan. Tepatnya pada tahun 2010, di tahun pertamanya menjalankan bisnis kaos, ia rupanya mengalami kerugian besar karena uangnya di curi oleh salah satu sahabatnya sendiri, terlebih produk yang di hasilkan kurang laku di pasaran lantaran masih kalah dengan produk yang sudah lebih dahulu terkenal. 
Kegagalan bukan berarti berakhir. Ahmad Anggoro tahu itu, ia tetap saja berusaha dan tak kenal menyerah. Berbekal dari pengalaman, ia kemudian berinovasi untuk membuat kaos dengan desain lebih modern, simple dan mengikuti trend perkembangan jaman saat ini.
Titik terang usahanya mulai kelihatan pada tahun  2011,Produk kaos yang ia hasilkan mulai di kenal orang dan permintaan juga mulai membanjir. Dengan beragama desain dan tampilan yang moedern, kaosnya mulai laku di pasaran dan menghasilkan keuntungan yang lumayan besar. Dengan biaya pembuatan sebesar Rp. 30.000 - Rp. 40.000, ia menjual kasonya seharga Rp. 100.000,- dengan kata lain untuk tiap item ia dapat menghasilkan keuntungan sekitar Rp. 60 ribu hingga Rp. 70 ribu / item. Sementara penjualan kaos perbulannya dapat mencapai 60 - 70 item.
Seiring dengan kemajuan usahanya, ia mencoba berinovasi dengan menjual produk selain kaos seperti Tas, Dompet, celana dll. Kini, di usianya yang masih sangat muda, Ia telah mendapatkan omzet usaha sekitar Rp. 100.000.000,- perbulan. Tak hanya itu, secara tidak langsung pemuda asal Kediri ini telah membka lapangan kerja baru bagi 50 pekerja yang bekerja di tempat usahanya. Kini ia telah memiliki berbagai hal yang di inginkan oleh pemuda kebanyakan termasuk saya pribadi, mobil, istri, rumah pribadi dan tentunya memberangkatkan orangtuanya untuk melaksanakan ibadah haji.

RAHASIA BISNIS 

Apa yang dapat kita simpulkan dari cerita di atas?
Kesuksesan Ahmad Anggoro dapat ia raih setidaknya karena beberapa hal diantaranya adalah :
1. Pintar melihat peluang
kemampuan untuk membaca peluang merupakan karakteristik seorang pengusaha. Seorang pengusaha yang sukses pastilah memiliki kemampuan untuk membaca peluang pasar kemudian mencoba untuk memanfaatkan peluang usaha tersebut. 

2. Berani
Dengan hanya bermodalkan uang Rp, 2 juta hasil kerja di warnet, Ia berani mencoba menjalankan bisnis dengan resiko ia harus kehilangan uang tabungannya selama setahun.

3. Membaca diri
Anda harus tahu apa potensi anda. Kita tentu memiliki kekurangan, namun di sisi lain kita juga memiliki kelebihan, bakat dan potensi yang dapat kita latih untuk menghasilkan kesuksesan. Sayangnya, banyak sekali pemuda yang tidak mengetahui apa bakat terpendamnya, lebih parah lagi meskipun mereka tahu, mereka tidak mau berusaha untuk memanfaatkan bakar yang ia miliki utuk menghasilkan uang.

4. Pantang menyerah
Meskipun pernah rugi besar karena tidak laku dan pencurian yang di lakukan temannya. Ternyata tidak menyurutkan langkah Ahmad Anggoro, bukannya mundur namun menjadi bahan untuk tafakur. Dari kegagalan pasti ada hikmah yang apa bila kita dapat menyikapinya dengan benar akan menjadi salah satu kekuatan yang besar. 



sumber 
http://bisnisrumahan19.blogspot.com/2014/07/kisah-sukses-pengusaha-muda.html

Bussines & Marekting Plan

Pengertian
Pada awal berdirinya usaha, diperlukan suatu acuan atau rencana agar usaha tersebut dapat berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan. Perencanaan usaha atau business plan adalah suatu dokumen yang menyatakan keyakinan akan kemampuan sebuah bisnis untuk menjual barang atau jasa dengan menghasilkan keuntungan yang memuaskan danmenarik bagi penyandang dana. Jadi business plan adalah dokumen tertulis yang disiapkan oleh wirausaha yang menggambarkan semua unsur yang relevan baik internal mapupun eksternal mengenai suatu perusahaan untuk memulai usahanya. Business plan dibuat untuk jangka panjang ataupun jangka pendek. Perincian business plan tergantung pada perusahaan yang akan memulai operasinya. Sehingga pihak penyedia dana akan tertarik untuk ikut serta dalam usaha tersebut.
Kerangka Perencanaan Usaha (Business Plan Frame)
Perencanaan usaha pada umumnya disusun dengan memuat pokok-pokok perencanaan, yaitu:
1. Nama perusahaan
2. Lokasi :
a. Lokasi perusahaan
b. Lokasi pertokoan
c. Lokasi perusahaan
d. Lokasi perkantoran
e. Lokasi pabrik
3. Komoditi yang diusahakan
4. Konsumen yang dituju
5. Pasar yang akan dimasuki
6. Partner yang akan diajak kerjasama
7. Personal yang dipercaya untuk menjalankan perusahaan
8. Jumlah modal yang diharapkan dan yang tersedia
9. Peralatan perusahaan yang perlu disediakan
10. Penyebaran informasi/promosi

Bentuk Formal Perencanaan Usaha (Business Plan Form)
1. Halaman depan
2. Daftar isi
3. Rangkuman eksekutif
4. Penjelasan tentang perusahaan
5. Pemasaran
6. Barang dan jasa yang dihasilkan
7. Usaha meningkatkan penjualan
8. Permodalan
9. Apendix

Tiga Komponen Marketing Concept 
Sasaran utama Marketing Concept ialah Kepuasan konsumen. Untuk mencapai sasaran tersebut, ada tiga komponen penting yaitu :
o   Customer needs and wants
o   Organizationally integrated marketing strategy
o   Goals
Inti dari marketing concept ini ialah bukan membuat konsumen mengikuti keinginan produsen, tapi sebaliknya mengharuskan produsen memahami dan berusaha mengikuti selera konsumen (Bygrave 1994: 68).
Marketing mulai dengan pertanyaan apakah yang ingin dibeli oleh konsumen? Jawabannya adalah kepuasan. Konsumen mencari nilai dan terpenuhi keinginannya. Perhatikan gambar berikut.

Marketing Mix
Marketing Mix adalah strategi dibidang pemasaran yang difokuskan pada menciptakan rasa kepuasan para konsumen / para pembeli terhadap produk, promosi dan distribusi produk.
Keputusan perusahaan didalam membuat sebuah produk menyangkut penentuan bentuk, ukuran, warna, model, merek, pembungkus, kualitas, manfaat, garansi, servis dan sebagainya.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan strategi harga meliputi harus dapat menetapkan harga pokok, pembiayaannya, keuntungannya, saingannya, harga jualnya, jumlah potongannya, cara pembayarannya, dan sebagainya.
Dalam penetapan promosi, perusahaan memikirkan periklanannya, personal sellingnya, promosi penjualan produk, publisitasnya, dan lain sebagainya. Variable-variabel dari marketing mix tersebut dapat dipakai sebagai dasar mengambil suatu strategi pemasaran dalam usaha untuk mendapatkan posisi yang kuat di pasar.
Setiap variabel marketing mix tersebut dapat dibuat dalam beberapa tingkatan seperti berikut ini:
1. Kualitas produk dan harga yang tinggi
2. Kualitas produk dan harga yang sedang
3. Kualitas produk dan harga yang rendah
Marketing mix merupakan salah satu cara utama dalam pemasaran modern. Komponen-komponen pokok dalam marketing mix yang dapat perusahaan gabungkan terdiri atas empat variabel penting yang biasa disebut dengan 4P, yakni Produk (jasa), Price (harga), Place (saluran distribusi), Promotion (promosi).

Menyusun Marketing Plan
Setelah wirausahawan memahami beberapa konsep pemasaran, maka selanjutnya disusun marketing plan. Plan berarti merencanakan. Esensi planning tidak lain adalah decision making. Eksekutif marketing harus mampu menyusun core strategy ( strategi inti) perusahaan untuk tahun yang akan datang.
Manajer pemasaran jangan meniru saja, mengulang kembali strategi tahun yang lalu. Akan tetapi harus memikirkan strategi lain yang mungkin lebih baik. Namun, tidak pula berarti strategi yang lalu harus diganti. Jika memang cocok teruskan, tetapi harus mau memikirkan modifikasi strategi baru agar ada perbandingan sebagai alternatif.
Format marketing plan
Format marketing plan tentu tidak sama pada semua perusahaan, karena kegiatan usahanya berbeda. Akan tetapi, yang penting adalah core strategy-nya, sedangkan format berikut ini adalah sebagai rambu-rambu saja.

Marketing plan memuat hal-hal berikut:
Analisa situasi ( S.W.O.T)
Wirausaha harus menganalisa keadaan intern dan ekstern perusahaannya. Keadaan intern meliputi gambaran penjualan tahun terakhir serta analisis jumlah yang diperoleh. Kemudian juga dianalisa sumber daya manusia dan sumber daya lainnya yang ada dalam perusahaan. Mengenai keadaan ekstern perlu diperhatikan keadaan makro yang berhubungan dengan kepentingan perusahaan. Analisis intern dan ekstern tersebut dilengkapi lagi dengan analisis kekuatan, kelemahan, peluang,dan ancaman-ancaman atau kendala yang mempengaruhi kehidupan perusahaan.

Tujuan pemasaran (Marketing Objectives)
Tujuan pemasaran perusahaan tentu beraneka ragam sesuai dengan kepentingan perusahaan masing-masing. Sebagai contoh dapat dikemukakan tujuan pemasaran, mempertahankan posisi perusahaan sebagai market leader, atau memperluas penguasaan market share sampai dengan 30%.
Tujuan pemasaran juga bisa menetapkan volume penjualan total sekian Rp Miliyar setahun, yang dapat dibagi berdasarkan masing-masing item barang yang diproduksi. Ada perbedaan antar tujuan pemasaran. Jika tujuan pemasaran dinyatakan untuk mengembangkan produk atau meningkatkan marketing budget, ini adalah merupakan strategi bukan tujuan. Jadi, tujuan adalah hasil akhir yang ingin dicapai. Sedangkan strategi merupakan policy untuk mencapai hasil tersebut.

Strategi inti ( Core strategy)
Strategi inti merupakan alternatif strategi yang terpilih dalam decision making. Untuk menghasilkan strategi inti ini dibutuhkan pemikiran mendalam didukung oleh data dan fakta sehinga dapat dirumuskan secara tajam.
Misalnya, menguasai pasar didaerah Sumatera dengan mengutamakan penggunan price policy tertentu. Strategi inti ini biasanya tidak terlalu panjang, paling banyak satu halaman.

Jadwal pelaksanaan (Action plan)
Jadwal pelaksanan atau action plan lebih banyak, sebab disini strategi  inti dielaborasi lebih rinci. Jika misalnya strategi inti yang ingin dilaksanakan berupa pengembangan produk, maka harus dijabarkan model, bahan, mutu, kemasan, dan sebagainya.
Action plan harus menjawab beberapa pertanyaan:
-          What, apa tugas yang harus dilakukan?
-          Who, siapa orang yang harus bertugas dan bertangung jawab?
-          When, kapan pekerjaan harus dilaksanakan dan harus selesai?
-          Where, jika diperlukan dimana percobaan pasar akan dilakukan?
-          How, bagaimana cara melaksanakan tugas tersebut?
Semua kegiatan diatas bertitik tolak dari strategi inti yang telah ditetapkan.
Anggaran pemasaran (marketing budget)
Di dalam marketing budget dengan jelas harus dinyatakan besar biaya yang diperlukan jenis kegiatan pemasaran untuk berbagai teknik promosi, melakukan riset pemasaran, dan sebagainya.
Jika diperlukan, rincian biaya disusun untuk masing-masing item produksi.


sumber: 

http://aansamudra.blogspot.com/2011/01/perencanaan-usaha-business-plan.html 
http://mujihanani.wordpress.com/strategi-motivasi/mareketing-plan-bussines/
http://belajarilmukomputerdaninternet.blogspot.com/2013/07ruang-lingkup-rencana-pemasaran.html
http://belajarilmukomputerdaninternet.blogspot.com/2013/07tiga-kompoen-marketing-concept.html

Mengenali Peluang Dan Model Pengembangan Rintisan Baru

·         Merintis Usaha Baru
Paradigma pembangunan yang berorientasi pada kewirausahaan adalah suatu keniscayaan yang harus menjadi dasar dalam pengembangan program dan pelaksanaan kegiatan pembangunan. Dengan demikian kegiatan pembangunan mulai dari proses perencanaan sampai dengan pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi harus diwarnai oleh karakter kewirausahaan. Demikian besar peran yang dapat disumbangkan oleh wirausaha terhadap pembangunan bangsa,  namun masih saja orang kurang berminat menekuni profesi tersebut.  Hal ini dikarenakan latar belakang pandangan yang negatif dalam masyarakat terhadap profesi wirausaha. Wirausaha ini kegiatannya banyak bergerak dalam bidang bisnis.  Dalam kegiatan bisnis termasuk kegiatan perdagangan.Banyak faktor psikologis yang membentuk sikap negatif masyarakat sehingga mereka kurang berminat terhadap profesi wirausaha, antara lain bersaing, egois, tidak jujur, sumber penghasilan tidak stabil, pekerjaan rendah, kurang terhormat dan sebagainya.Pandangan semacam ini dianut oleh sebagian besar penduduk, sehingga mereka tidak tertarik  Mereka tidak menginginkan anak-anaknya menerjuni bidang ini, dan berusaha mengalihkan perhatian anak untuk menjadi pegawai negeri, apalagi bila anaknya sudah bertitel lulus perguruan tinggi.Landasan filosofis inilah yang menyebabkan rakyat Indonesia tidak termotivasi terjun ke dunia bisnis, sehingga tertinggal jauh dari negara tetangga, yang seakan-akan memiliki spesialisasi dalam profesi bisnis.  Di negara tetangga, mereka dapat mengembangkan bisnis besar-besaran mulai dari industri hulu sampai ke industri hilir, meliputi usaha jasa, perbankan, perdagangan besar (grosir),perdagangan eceran besar (departemen store, swalayan), eceran kecil (retail), eksportir, importir dan berbagai bentuk usaha lainnya dalam berbagai jenis komoditi.Hal inilah yang merupakan salah satu ketertinggalan kita dalam mengarungi kancah bisnis, yang harus kita kejar, mengingat potensi baik alam maupun sumberdaya manusia amat berlimpah di negeri ini.  Berawal dari pemikiran ini, perlulah kita menggali potensi yang ada, yang akan menghidupkan dunia kewirausahaan kita, sebagai negeri pemberi kerja bukan pencari kerja bagi masyarakatnya.Oleh sebab itu, wirausaha merupakan potensi pembangunan, baik dalam jumlah maupun dalam mutu wirausaha itu sendiri.  Sekarang ini kita menghadapi kenyataan bahwa jumlah wirausaha Indonesia masih sedikit dan mutunya belum bisa optimal, sehingga persoalan pembangunan wirausaha Indonesia merupakan persoalan mendesak bagi suksesnya pembangunan.

·         Mengenali Peluang dan Memilih Peluang Yang tepat

Banyak pengusaha yang mengawali usahanya dalam situasi yang serba sulit, kondisi yang tidak pasti dan akhirnya frustasi atau bahkan hanya menunggu dan tidak melakukan apapun. Meskipun memiliki uang yang cukup banyak sebagai modal awal usaha atau modal kerja, belum tentu bisa memberikan jaminan akan kesuksesan suatu usaha. Terlebih jika modal yang dimiliki pas-pasan, bahkan mungkin tidak punya modal sama sekali. Hal ini tentu akan membuat kondisi semakin sulit.
Kita tidak perlu harus membuat usaha yang terlalu muluk-muluk. Cukup sederhana saja, tetapi prospeknya bagus. Caranya adalah mengevaluasi lingkungan yang ada di sekeliling kita. 
Berikut adalah cara sederhana yang dapat dilakukan dalam menerapkan analisis SWOT.
a. Melihat kekuatan yang dimiliki seperti lokasi, sumber-sumber bahan baku uang mudah didapat, mudah di jangkau oleh konsumen atau pelanggan, dan kekuatan lainnya yang dapat dimanfaatkan.
b. Melihat kelemahan yang dimiliki agar kita tidak memaksakan diri melakukan usaha yang sebenarnya tidak dapat dilakukan karena kita tidak memiliki kekurangan tertentu.
c. Melihat peluang yang dapat dimanfaatkan dan memberikan keuntungan.
d. Melihat ancaman terhadap usaha-usaha yang berisiko tinggi, memiliki siklus hidup  yang pendek, dan tidak terukur.
Ide peluang usaha
Berawal dari ide-ide yang masih potensial, maka agar menjadi peluang bisnis yang riil, sosok wirausaha harus bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang secara terus menerus. Ide dan peluang merupakan dua unsur penting dalam kewirausahaan.  Agar ide menjadi peluang, maka harus dievaluasi dengan cara screening (penjaringan), yaitu :
1) Ide harus dimunculkan dalam bentuk yang riil (barang dan jasa baru) yang berbeda di pasar.  Barang dan jasa yang berbeda itu  harus menciptakan nilai efisiensi baik bagi konsumen maupun pembeli potensial;
2) Mengamati pintu (asal-usul) peluang;
3) Menjamin jumlah dan kualitas produk  yang dihasilkan;
4) Menaksir biaya awal;
5) Memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi.

Dijelaskan oleh  Zimmemer yang dikutip dari Suryana, 2001, ada beberapa keadaan yang menciptakan peluang, yaitu:
1) Produk baru harus segera dipasarkan;
2) Kerugian teknik harus rendah;
3) Ketika pesaing tidak agresif tidak agresif mengembangkan strategi produk;
4) Pesaing tidak memiliki teknologi canggih;
5) Pesaing tidak memiliki strategi dalam memperbaiki posisinya;
6) Perusahaan yang baru dirintis memiliki sumber-sumber dan kemampuan dalam menghasilkan produknya.


Cara Memasuki Dunia Usaha

Untuk memasuki dunia usaha ( bisnis) seseorang harus berjiwa wirausaha. Wirausaha adalah seorang yang mengorganisir, mengelola,dan memiliki keberanian menghadapi risiko. Sebagai pengelola dan pemilik usaha atau pelaksana usaha kecil, ia harus memilikikecakapan untuk bekerja, mampu mengorganisir, kreatif, serta menyukai tantangan.
Menurut Suryana (2001) ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memasuki dunia usaha, yaitu:
1) Merintis usaha baru (starting), yaitu membentuk dan mendirikan usaha baru dengan menggunakan modal, ide, organisasi dan manajemen yang dirancang sendiri. Ada tiga bentuk usaha baru yang dirintis, yaitu:
ü  Perusahaan milik sendiri (proprietorship), yaitu bentuk usaha yang dimiliki dan dikelola oleh seseorang
ü  Persekutuan (partnership), yaitu suatu kerjasama (asosiasi) dua orang atau lebih yang secara bersama-sama menjalankan usaha bersama
ü  Perusahaan berbadan hukum(corporation), yaitu perusahaan yang didirikan atas dasar badan hukum dengan modal saham-saham.
2) Membeli perusahaan orang lain (buying), yaitu dengan membeli perusahaan yang telah didirikan atau dirintis dan diorganisir oleh orang lain dengan nama dan organisasi usaha yang sudah ada.
3) Kerja sama manajemen (franchising), yaitu suatu kerja sama antara entrepreneur (franchisee) dengan perusahaan besar (franchisor/parent company) dalam mengadakan persetujuan jual-beli hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha.  Kerja sama ini biasanya dengan dukungan awal seperti pemilihan tempat, rencana bangunan, pembelian peralatan, pola arus kerja, pemilihan karyawan, advertensi, pembukuan, pencatatan dan akuntansi, standar, promosi, pengendalian kualitas, riset, nasihat hukum, dan sumber-sumber permodalan.

Hasil survei yang dilakukan oleh Lambing (dikutip dari Suryana, 2001), hampir setengah atau 43 persen responden (wirausaha) menggunakan sumber ide bisnisnya dari pengalaman yang diperoleh ketika bekerja di beberapa perusahaan atau tempat-tempat profesional lainnya. Sebanyak  15 persen mencobanya karena merasa mampu melakukan dengan  lebih baik. Sebanyak 11 persen menyatakan, mereka memulai usaha  untuk memenuhi peluang pasar.  Sedangkan 46 persen lagi dikarenakan hobby.  
Menurut Lambing, keunggulan dari datangnya perusahaan baru ke pasar, adalah dapat mengidentifikasi “kebutuhan pelanggan” dan
“kemampuan pesaing”.  Untuk memulai usaha, seorang calon wirausaha harus memiliki kompetensi usaha, yang meliputi:
a. Kemampuan teknik, yaitu kemampuan tentang bagaimana memproduksi barang dan jasa serta cara menyajikannya.
b. Kemampuan pemasaran, yaitu kemampuan tentang bagaimana menemukan pasar dan pelanggan serta harga yang tepat.
c. Kemampuan finasial, yaitu kemampuan tentang bagaimana memperoleh sumber-sumber dana dan cara menggunakannya.
d. Kemampuan hubungan, yaitu kemampuan tentang bagaimana cara mencari, memelihara dan mengembangkan relasi, dan kemampuan komunikasi serta negosiasi.

Upaya Merintis Usaha Baru

Ada beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam merintis perusahaan baru, di antaranya:
1) Bidang dan Jenis Usaha yang Dimasuki Pemilihan jenis usaha tergantung pada kebutuhan pasar dan sumber-sumber yang tersedia. Beberapa bidang usaha yang bisa dimasuki, diantaranya:
a.Bidang Usaha Pertanian (Agriculture), meliputi usaha pertanian, kehutanan, perikanan, dan perkebunan;
b.Bidang usaha pertambangan (Mining), meliputi usaha galian pasir, galian tanah, batu dan bata;
   c.Bidang Usaha Pabrikasi (Manufacturing), meliputi usaha industri, assemblasi dan sintesis;
d.Bidang Usaha Konstruksi (Construction), meliputi usaha konstruksi bangunan, jembatan,pengairan dan jalan raya;
e.Bidang Usaha Perdagangan (Trade),  meliputi usaha  perdagangan kecil,  grosir, agen,  dan ekspor-impor;
f.Bidang Usaha Jasa Keuangan (Financial Service), meliputi usaha perbankan, asuransi dan koperasi;
g.Bidang Usaha Jasa Perorangan (Personal Service), meliputi usaha potong rambut, salon, laundry dan catering;
h.Bidang Jasa-jasa Umum (Public Service), meliputi usaha pengangkutan, pergudangan, wartel dan distribusi;
i.Bidang Jasa Wisata (Tourism), meliputi berbagai kelompok.  Berdasarkan UU No. 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan ada 86 jenis usaha yang bisa dirintis, yang terbagi kedalam tiga kelompok usaha wisata, yaitu:
(1)Kelompok Usaha Jasa Pariwisata (meliputi: Jasa Biro Perjalanan; Jasa Agen Perjalanan Wisata; Jasa Pramuwisata; Jasa Konvensi Perjalanan Wisata Intensif dan Pameran;  Jasa Impresriat;  Jasa Konsultan Pariwisata; dan Jasa Informasi Pariwisata).
(2)Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata,  (meliputi: Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam;  Pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya;  Pengusahaan objek daya tarik wisata minat khusus)
(3)Usaha Sarana Wisata, (meliputi: Penyediaan akomodasi; Penyediaan makanan dan minuman; Penyediaan angkutan wisata; Penyediaan sarana wisata dan sebagainya)
Bentuk Usaha dan Bentuk Kepemilikan Perusahaan
            Pemilihan bentuk kepemilikan badan usaha ditentukan oleh besar kecilnya skala usaha dan sumber daya yang dimiliki. Beberapa bentuk kepemilikan usaha yang bisa dipilih, diantaranya:
               a.Perusahaan Perorangan (soleproprietorship), yaitu suatu perusahan yang dimiliki dan diselenggarakan oleh satu orang;
   b.Persekutuan (partnership), yaitu suatu asosiasi yang didirikan oleh dua orang atau lebih yang menjadi pemilik bersama dari suatu perusahaan
              c.Perseroan (Corporation),  yaitu suatu perusahaan yang anggotanya terdiri atas para pemegang saham (pesero/stockholder), yang mempunyai tanggung jawab terbatas terhadap utang-utang perusahaan sebesar modal yang disetor.
            d.Firma, suatu persekutuan yang menjalankan perusahaan di bawah nama bersama. Apabila untung, maka keuntungan dibagi bersama, sebaliknya bila rugi ditanggung bersama.  

Tempat Usaha yang Akan Dipilih

            Pemilihan tempat usaha harus mempertimbangkan aspek efisiensi dan efektifitas, dengan mempertimbangkan beberapa hal di bawah ini:
            a.Apakah tempat usaha tersenut mudah dijangkau oleh konsumen atau pelanggan atau pasar?  Bagaimana akses pasarnya?
            b.Apakah tempat usaha dekat ke sumber tenaga?
            c.Apakah dekat ke akses bahan baku dan bahan penolong lainnya seperti alat angkut dan jalan raya? Untuk menentukan lokasi atau tempat usaha, ada beberapa alternatif yang bisa dipilih , yaitu:
     - Membangun bila ada tempat yang strategis;
     - Membeli atau menyewa bila lebih strategis dan menguntungkan;
     - Kerja sama bagi hasil, bila memungkinkan.

Organisasi Usaha yang Akan Digunakan

   Kompleksitas organisasi usaha tergantung pada lingkup atau cakupan usaha, semakin besar lingkup usaha, semakin kompleks organisasinya. Sebaliknya, semakin kecil lingkup usaha, maka semakin sederhana organisasinya.

Lingkungan Usaha

             Lingkungan usaha dapat menjadi pendorong maupun penghambat jalannya perusahaan.  Lingkungan mikro dan lingkungan makro berpengaruh terhadap kegagalan dan keberhasilan usaha.  Lingkungan mikro adalah lingkungan yang ada kaitannya dengan operasional perusahaan, seperti pemasok, karyawan, pemegang saham, manajer, direksi, distributor, pelanggan/konsumen dan lainnya. Sedangkan lingkungan makro adalah lingkungan di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi daya hidup perusahaan secara keseluruhan, yang meliputi:
            a) lingkungnan ekonomi; 
b) lingkungan teknologi;
c)  lingkungan sosiopolitik;  dan 
d) lingkungan demografi serta gaya hidup.

Dengan banyaknya pilihan ide dan peluang usaha baru, diharapkan bermunculan sosok wirausaha yang dapat menyediakan sebanyak-banyaknya lapangan kerja bagi tenaga kerja yang ada, dengan demikian pembangunan di negeri ini dapat berlangsung dengan cepat, serta dapat bersaing dengan negara lain yang selama ini memberikan lapangan kerja.

Sumber:
http://www.bbpp-lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-manajemen/766-merintis-usaha-baru
Achmad Kardimin, 2005.   Menumbuhkan Jiwa Wirausaha;  Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Buchari Alma, 2005.  Kewirausahaan;  Bandung: Alfabeta.
Mas’ud Machfoedz dan Mahmud Machfoedz, 2004.  Kewirausahaan, Suatu Pendekatan Kontemporer.  Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Suryana, 2001, Kewirausahaan, Jakarta: PT Salemba Empat.

Wasty Sumanto, 1984.   Pendidikan Wiraswasta, Jakarta: Bumi Aksara.